Mendorong Peran Sosial Politik Perguruan Tinggi

Berita
12 Jun 2017 - 12:23
Share

tergerus menyikapi fenomena aksi unjuk rasa besar yang terjadi pada 4 November lalu. Perguruan tinggi di Indonesia yang dalam sejarahnya selalu menjadi motor pergerakan dan konsolidasi sosial politik masyarakat seperti kehilangan kekuatan, sehingga digantikan perannya oleh kelompok organisasi masyarakat dalam mendorong demokrasi.

Hal diatas terungkap dalam sebuah diskusi terbatas yang diselenggarakan oleh Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dengan tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Konsolidasi Politik Berbangsa dan Bernegara” dengan beberapa narasumber antara lain, Sofian Effendi, Azyumardi Azra, Ravik Karsidi dan Fathorrahman Ghufron di Kantor Wantimpres, Jalan Veteran III Jakarta, pada Selasa, (29/11/2016)

“Pada 2016, peran kampus sangat menyurut digantikan oleh jaringan majelis taklim masjid di seluruh Jawa, dan peranan beberapa organisasi seperti MUI, HTI, dan FPI. Mengapa peran kampus dalam memelihara konsolidasi demokrasi di Indonesia menunjukkan gejala penurunan pada 2016 ini,” ucap Sofian Effendi.

WhatsApp Image 2016 11 30 at 12.50.22

Sedangkan Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Ravik Karsidi mencermati hilangnya mata kuliah wajib seperti Pancasila dan Agama yang menjadi kebijakan sebagian besar perguruan tinggi telah memberikan dampak terkikisnya rasa nasionalisme dan kebangsaan mahasiswa dan lingkungan akademis perguruan tinggi.

“Pada masa reformasi, mata kuliah wajib tersebut mulai tergerus, walaupun beberapa pembinaan nasionalisme tetap dilakukan dan beberapa pelatihan dan motivasi kebangsaan tetap dilaksanakan seperti ESQ, AMT dan LKMM,” terang Ravik Karsidi.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra, mengkritisi kultur dan lingkungan perguruan tinggi yang saat ini dinilai lebih elitis. Orientasi terhadap prestasi dan elitisme itu, memberikan batas dan sekat yang semakin lebar dengan masyarakat, sehingga kecil harapan akan konsolidasi sosial politik muncul dari perguruan tinggi.

“Prestasi akademis yang mereka capai, pada gilirannya, juga mendorong munculnya rasa elitisme, yang kemudian memunculkan sikap dan gaya hidup tersendiri, termasuk dalam kehidupan politik. Semakin terpisah lingkungan PT dari lingkungan masyarakat umumnya, semakin tinggi pula sikap elitisme,”

Menutup diskusi, Anggota Wantimpres Abdul Malik Fajar berjanji akan menghimpun seluruh permasalahan yang melingkupi peran perguruan tinggi, yang kemudian akan memfasilitasi pertemuan dengan forum rektor untuk dibahas lebih komprehensif. (Fik)