Menyibak Alasan di Balik Sedikitnya Jumlah JPT Perempuan di Indonesia

Artikel
22 Dec 2022 - 03:14
Share

Komisioner Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Pengawasan Bidang Penerapan Sistem Merit Wilayah 1, Sri Hadiati Wara Kustriani, menyoroti sedikitnya jumlah perempuan yang menduduki kursi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) di Indonesia. Hal tersebut menurutnya cukup disayangkan mengingat perempuan sendiri sebetulnya memiliki kompetensi yang mumpuni. 

"Kalau dilihat dari level bawah sampai menengah, perempuan itu baik jumahnya maupun kompetensinya itu seimbang bahkan lebih tinggi. Tapi ketika naik ke jajaran JPT, itu jumlahnya langsung menurun drastis," sebut Sri Hadiati kepada Humas KASN, Senin (19/12/2022). 

Satu-satunya Komisioner Perempuan di KASN itu kemudian menyibak alasan di balik minimnya jumlah JPT perempuan. Rupanya, ada sebuah kondisi yang membuat perempuan mau tidak mau berada di posisi harus memilih antara karier atau keluarga. Misalnya, saat karier mereka mulai menanjak, perempuan biasanya sudah dalam usia siap menikah. Lalu, saat mereka sudah berkeluarga, sudah ada tanggung jawab kepada suami dan anak. 

"Nah, itu kemudian akan mengenyampingkan karier. Akan mendahulukan domestiknya. Nah ini yang kemudian, kaum perempuan harusnya bisa menyeimbangkan antara role domestiknya dengan role pegawainya. Ah sudahlah, kariernya biar suami saya, saya berhenti saja. Nah ini membuat pada saat level JPT yang melamar pun itu sangat sedikit. Padahal, potensinya dan kompetensinya saya yakin sangat kompetitif dibandingkan laki-laki," urai Sri Hadiati. 

Namun, juga ada kontribusi suami yang diperlukan supaya perempuan dapat menyeimbangkan perannya di berbagai hal. Seorang suami kata Sri Hadiati wajib membantu perempuan dalam mengerjakan pekerjaan domestik. Persepsi mengenai pekerjaan domestik hanya tugas perempuan inilah yang perlu diubah saat ini. 

Di sisi lain, Sri Hadiati turut menjelaskan bahwa konsep women support women juga bisa diterapkan untuk mendukung perempuan bisa mencapai titik tertinggi di level karier mereka. Sebagai contoh, ia dan para JPT Madya perempuan di Indonesia berkumpul dalam suatu ikatan untuk kemudian mendukung para perempuan untuk memajukan karier. 

"Kita punya tagline itu women empowering women. Jadi kalau kita sudah berada di level eselon 2, eselon 1, atau JPT Pratama, JPT Madya, ayo kita dukung perempuan-perempuan di bawahnya. Kita dukung dia untuk maju," ungkap sosok lulusan Curtin University Australia itu. 

Dengan demikian, maka ada peran perempuan yang sudah ada di level tinggi untuk memberdayakan perempuan di level di bawahnya. Hal itu dapat memotivasi perempuan di level menengah atau bawah untuk kemudian mengembangkan diri. 

"Tapi sekali lagi, para laki-laki juga harus terbuka, sekarang peran domestik itu bukan hanya peran perempuan. Tapi laki-laki juga harus membantu perempuan dalam membina rumah tangga dalam mendidik anak-anaknya. Bukan hanya tugas istri, tugas perempuan, no. Itu sekarang menjadi tugas bersama," pungkas Komisioner KASN. (NQA/HumasKASN)
-----------------------------------------------------

Artikel ini merupakan salah satu rangkaian konten untuk memperingati Hari Ibu ke-94. Perempuan Berdaya Indonesia Maju!